Penasaran Gara-gara Pecel Gembel
Hasrat makan, kadang-kadang bukan didorong oleh rasa lapar saja. Tapi
bisa disebabkan nama menunya yang aneh, asing, atau awam bagi kita. Pernah
mendengar istilah “pecel gembel”? Ya, itu salah satu contohnya. Embel-embel “gembel”
di belakang kata “pecel” itulah yang membikin banyak orang penasaran ingin
mencobanya. Termasuk pula saya
Padahal, komposisi menunya, biasa saja. Tak beda jauh dengan orang
membuat pecel umumnya. Cara membuatnya pun, jika ingin membuat sendiri, juga
tidak sulit amat. Pembeda pecel gembel hanyalah pada komposisi tambahan peyek
teri.
Ada juga tambahan khas lain, yaitu telur ayam kampung ceplok. Bagi yang
tidak suka atau alergi telur, ada varian berupa ayam kampung goreng. Sederhana,
kan? Namun, sekali lagi, daya tarik pecinta
kuliner, bukan terletak pada komposisi menunya yang sederhana atau tidak. Tapi
pengalaman mencoba dan menikmati. Itulah daya tarik pembangkit hasrat makan
menu ini.
Apalagi, di saat perut keroncongan di jalan dan lagi masuk musim hujan.
Pada saat seperti ini, biasanya orang cenderung mampir makan di tempat yang
paling dekat dengan jalan raya. Sebagaimana juga yang saya alami ketika
melewati jalan raya antara Bawen dan Salatiga, Jawa Tengah.
Kepenasaran pertama yang membuat mampir di Warung Ndesel kali ini
tentulah gara-gara tulisan baliho besar di depan warung ini yang ada istilah “pecel
gembel”. Lumayan berhasil juga iklan baliho ini untuk membuai orang agar mau
mampir.
Sesuai dengan komposisi menunya yang sederhana, harganya pun masuk
kategori sederhana. Tiap porsi hanya Rp 11 ribu. Sebuah harga wajar untuk
makanan di daerah tersebut. Ya, ini adalah cerita sederhana tentang menu
sederhana dengan harga sederhana pula.
Tak ada salahnya Anda mencoba untuk memperkaya khasanah lidah mengenai aneka
menu unik di Jawa Tengah. Selamat mencoba. ( Lawu Budiarjo )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar