“Waduhhh antre!” ungkap seorang pengunjung. Bersama dua anaknya, pengunjung itu pun lantas dipersilakan pramusaji duduk di deretan antrean. Selang 10 menit kemudian, barulah ada meja kosong. Rombongan sekeluarga ini pun bergegas menuju meja tersebut.
Beginilah suasana rumah makan Lombok Idjo di Jalan
Gajahmada Semarang saat jam makan siang atau malam tiba. Lebih-lebih malam
libur, pengunjung yang datang di “injure
time” harus merelakan diri untuk antre. Di kawasan Jalan Gajahmada, rumah
makan ini bisa dibilang paling dipadati pengunjung.
Dilihat dari kendaraan yang parkir pun juga
sebenarnya sudah bisa ditebak, rumah makan ini selalu dijejali “manusia-manusia
kelaparan” yang ingin secepatnya melahap menu ayam goreng khas Lombok Idjo. Padahal,
ukuran rumah makan ini terbilang besar untuk ukuran Semarang. Apalagi lokasinya
di jantung kota.
Toh, lokasi yang luas juga belum bisa dijadikan
jaminan pengunjung yang membludak tertampung di sediaan meja kursinya.
Sebenarnya di rumah makan ini terdapat lebih dari 50 meja makan. Jika setiap
meja diisi 4 orang, maka setiap angkatan terdapat lebih dari 200 orang memenuhi
meja makan Lombok Ijo.
Agaknya tak salah kalau saya memasukkannya ke dalam
kategori “rumah makan sejuta umat”.Ya, dengan banyaknya pengunjung ini
sebenarnya memang pantas predikat tersebut saya sandangkan ke Lombok Ijo di
Jalan Gajahmada.
Mengapa? Pertanyaan inilah sebenarnya yang menggelitik
saya untuk menulis tentang Lombok Ijo di blog kuliner ini. Faktor pertama,
harganya terjangkau semua kalangan. Kalangan bersepeda motor tampak ikut
menjejali halaman parkirnya. Segmen menengah ke bawah pun merasa enjoy makan di
sini.
Menu andalan rumah makan ini, ayam goreng bagian dada dan paha plus lalap sambal, dibanderol Rp 11.364. Harga sama juga berlaku untuk menu dada dan paha bakar. Untuk menu kepala goreng, lebih murah lagi: Rp 2.728. Bila pilihan menunya kebetulan yang paling murah, total 1 porsi makan di sini bisa nggak sampai sepuluh ribu rupiah.
Menu andalan ayam goreng |
Menu andalan rumah makan ini, ayam goreng bagian dada dan paha plus lalap sambal, dibanderol Rp 11.364. Harga sama juga berlaku untuk menu dada dan paha bakar. Untuk menu kepala goreng, lebih murah lagi: Rp 2.728. Bila pilihan menunya kebetulan yang paling murah, total 1 porsi makan di sini bisa nggak sampai sepuluh ribu rupiah.
Untuk menu berbahan dasar daging sapi, harganya
lebih mahal sedikit. Tapi masih tergolong miring untuk ukuran rumah makan
sebesar Lombok Ijo ini. Empal goreng penyet, Rp 15 ribu. Sop buntut, sop iga,
iga bakar, dan buntut bakar, berbanderol sama: Rp 26.364.
Menu lain, pecel lele sambel tomat Rp 7.500. Nila
goreng sambel terasi Rp 9.500. Untuk nila bakarnya selisih sedikit, yakni Rp
10.910. Gereh layur pun murah, Rp 5 ribu. Sayur bening Rp 5 ribu. Sayur asem,
balado terong, ca taoge, kangkung blacan, dan gudangan dihargai sama Rp 7.273. Menu
rakyat lain tersedia juga di sini. Tempe tahu, baik yang digoreng, dibakar,
maupun dipenyet, harganya juga merakyat, di bawah Rp 5 ribu.
Sebagai jurnalis, rupanya saya juga tergelitik
menyimak daftar harga ini. Saya temukan banyak sekali harga dengan angka
pecahan tak lazim. Ada 26.364, kemudian 7.273, dan sejenisnya. “Pasti bingung ngasih uang kembaliannya,” gumamku.
Tapi ketergelitikanku untuk soal angka tak berlarut
lama, sebab akal sehatku justru yang menjawab sendiri. Ini pasti bagian dari
trik marketing! Mencoba membuat orang penasaran lewat harga yang tertulis aneh.
Agar penasaran dan tertarik makan, begitulah kira-kira logika sederhananya.
Tapi, ah, sudahlah, lebih baik
pembahasan berlanjut ke soal kualitas rasa.
Jika faktor daya tarik pertama tadi saya tulis soal harga,
adakah faktor rasa yang membuat pengunjung tertarik makan di sini. Ada! Selera
lidah kebanyakan orang Jawa Tengah adalah gurih, dengan bahan dasar penyusunnya
kelapa, garam, dan bawang.
Lombok Idjo telah menerapkan formula ini. Bumbu gurih
ayam goreng yang jadi andalannya terasa sampai ke dalam. Tidak hanya di luarnya
saja. Inilah sebenarnya selera sejuta umat ala Jateng saat ini. Dan ternyata
terbukti, Lombok Idjo disukai banyak pengunjung. Tagline rumah makan ini: “Tempatnja makan semoea kalangan”, agaknya
mengena juga. Selamat menikmati! ( Lawu
Budiarjo )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar